Apa yang kamu bayangkan ketika menonton bola di stadion? Biasanya, panas dan terik, kan? Namun, beberapa penonton pesta bola dunia di Piala Dunia Qatar 2022 justru mengeluh kedinginan. Kok bisa?
Bisa dong, ini karena teknologi AC tenaga surya yang terpasang hampir di seluruh stadion. Bukan kaleng-kaleng, pendingin ruangan ini juga difungsikan sebagai pembersih udara lho! Keren!
Baca juga: Hari Guru 2023: Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar
Daftar Isi
Mengenal Teknologi AC Tenaga Surya di Piala Dunia Qatar
Organisasi bola dunia Fédération Internationale de Football Association alias FIFA, sempat mengkhawatirkan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Pasalnya, negara tersebut beriklim gurun dengan musim panas yang bersuhu sangat panas.
Kekhawatiran tersebut berhasil ditepis oleh Qatar dengan epic. Negara asal tim The Maroons tersebut menunjukkan bahwa tak hanya stadion berdesain mewah yang ditampilkan, tetapi juga dilengkapi dengan teknologi canggih.
Sosok Dr. Saud Abdulaziz Abdul Ghani menjadi kunci terwujudnya teknologi AC tenaga surya ini. Siapakah dia? Dr. Saud merupakan seorang profesor di sekolah tinggi teknik yang merancang teknologi AC bertenaga surya.
Dr. Saud bergabung dengan proyek Qatar 2022 pada 2009, setelah The Supreme Committee for Delivery and Legacy menghubungi Universitas Qatar, tempatnya bekerja. Beliau juga yang juga dijuluki sebagai ‘Dr. Cool’ terinspirasi oleh studi PhD-nya tentang AC pada mobil. Ia pun mengusung konsep serupa untuk diterapkan di stadion dengan skala lebih besar, melansir situs FIFA.
Bukan hanya mendinginkan, AC pada tujuh dari delapan stadion yang digunakan untuk bertanding di Piala Dunia ini, bisa sekaligus membersihkan udara lho! Dr. Saud mengklaim bahwa yang mempunyai alergi tidak akan memiliki masalah selama menonton pertandingan bola. Wah Dr. Said panutan deh!
Baca juga: Hari Pahlawan: Sejarah dan Makna 10 November
Bagaimana Alat Tersebut Bekerja?
Konsep pendingin raksasa ini menggunakan kombinasi isolasi dan alat yang disebut Dr. Saud sebagai targeted or spot cooling. Inovasi tersebut memungkinkan pendingin hanya berada di tempat orang berada.
Jika digambarkan, di area penonton dan pemain seperti ada gelembung dingin. Adapun stadion bertindak sebagai penghalang agar dingin yang dihasilkan tidak menguar keluar.
Sistem ini memungkinkan udara dingin masuk melalui panggangan di tribun dan nosel besar yang ada di lapangan. Selanjutnya, udara yang didinginkan ditarik kembali untuk disaring, baru kemudian didorong ke area lapangan.
“Hal terpenting untuk mendinginkan secara efektif adalah Anda tidak ingin angin luar masuk ke stadion. Itu sebabnya ukuran dan desain stadion harus dipelajari dan diubah sesuai sehingga menghalangi udara hangat masuk. Stadion.” ujar Dr. Saud pada situs FIFA.
Pada penerapannya, Dr. Saud menguji bagaimana bangunan stadion bereaksi terhadap angin dengan kecepatan berbeda. Kamera digunakan untuk memantau arah udara masuk dan keluar stadion. Selanjutnya, pendingin diletakkan sesuai dengan hasil pengamatan.
Uniknya, Dr. Saud mengimplementasikan teknologi berbeda pada masing-masing stadion. Stadion Al Bayt yang jadi lokasi penampilan Fahad al Kubaisi dan Jungkook saat opening, misalnya. Stadion ini awalnya memiliki rancangan fasad lebih gelap, namun, saat penerapannya diubah menjadi lebih terang. Dengan demikian, dapat menurunkan suhu di dalam stadion sekitar 5 derajat Celcius.
Di stadion Al Janoub, diffuser dipasang di bawah kursi untuk mendorong udara keluar secara miring. Pemasangan tersebut memungkinkan suhu stadion terasa nyaman mulai dari 18 hingga 24 derajat Celcius.
Fakta yang membuatnya makin canggih adalah seluruh tenaga pendingin ruangan yang memanfaatkan energi surya. Rangkaiannya menggunakan insulasi dan pendinginan titik sehingga membuatnya lebih ramah lingkungan.
Baca juga: Sumpah Pemuda: Pengertian, Sejarah, Isi, Makna, dan Nilai
Ilmu yang Tidak dipatenkan
Sistem pendingin serupa juga telah diterapkan di area lain. Seperti pada pusat perbelanjaan di Katara hingga pertanian lokal di Al Khor. Bayangkan saja, pertanian pakai AC! Di Indonesia kapan ya?
Meski memiliki hak atas inovasi yang dibuatnya, Dr. Saud tidak mendaftarkan hak paten terkait teknologi AC tenaga surya pada stadion ini. Ia justru berharap konsep diffuser di bawah kursinya dapat diadopsi oleh negara lain yang beriklim hangat. Wah apakah Indonesia termasuk ya?
“Impian saya adalah melihat teknologi ini dibawa lebih jauh dan dikembangkan untuk memberi manfaat bagi komunitas lain di seluruh dunia.” ucap Dr. Saud pada situs FIFA.
Mantap banget, ya, teknologi AC tenaga surya di stadion Qatar ini. Gimana, tertarik nonton langsung Piala Dunia 2022 agar bisa mencoba sejuknya udara dari pendingin ini? Sebelumnya, kamu tau enggak dari delapan stadion di Qatar, satu diantaranya ternyata stadion sementara, lho! Berikut pembahasannya!
Baca juga: Hari Batik Nasional: Batik Bangkit, Indonesia Jaya!
Stadion 974 di Piala Dunia Qatar: Stadion Bongkar Pasang?
Seperti yang sudah diketahui banyak orang, Piala Dunia di Qatar menggunakan lebih dari satu stadion. Salah satunya adalah Stadium 974 atau Ras Abu Aboud Stadium. Keunikan nama 974 itu dipilih karena alasan-alasan yang unik. Faktanya, stadion ini dibangun dengan 974 kontainer pengiriman yang biasanya digunakan untuk mengekspor barang, lho!
Stadion ini pertama dibuka untuk umum pada 30 November 2021 sebagai tempat sementara untuk menampung pertandingan FIFA Arab Cup pada tahun 2021. Kerennya lagi, stadion ini merupakan stadion sementara pertama di sejarah Piala Dunia FIFA.
Enggak cuma itu, ternyata (+974) juga merupakan sebuah kode panggilan untuk Qatar. Wah, bisa gitu, ya? Setelah dibongkar, kontainer-kontainer tersebut akan dikirim ke negara-negara yang membutuhkan. Berbeda dengan stadion lainnya di Qatar yang menggunakan AC untuk menyejukkan ruangan, stadion ini adalah satu-satunya stadion yang hanya memanfaatkan udara alami sebagai penyejuk.
Oh iya, karena enggak pakai AC, stadion ini hanya digunakan ketika malam hari saja ketika udara sedang sejuk. Arsitek yang membangun stadion ini sengaja membangun stadion yang bisa dibongkar pasang untuk menghindari stadion yang enggak akan dipakai lagi setelah Piala Dunia berakhir.
Sang arsitek belajar dari Piala Dunia sebelumnya, yaitu stadion hanya dipakai saat Piala Dunia aja, atau mungkin satu – dua kali saja seperti di Afrika Selatan, Brasil, dan Rusia.
Tujuh pertandingan sudah berlangsung di stadion sementara ini, salah satunya adalah pertandingan antara Brasil yang berhasil menang melawan Korea Selatan dengan skor 4-1 pada 5 Desember lalu.
Pembangunan stadion yang terletak di tepi laut ini memberikan dampak positif untuk penduduk setempat. Konsep dari pembangunan stadion ini adalah meskipun kehadiran fisik stadion yang akan menghilang karena dibongkar, warisannya akan abadi untuk penduduk lokal. Begitu juga dengan Edufund yang akan abadi menemani kamu untuk nonton Piala Dunia bareng! Tunggu apa lagi? Cus daftar sekarang!
Komentar