Mental Health Issue: Pengertian, Jenis, Penyebab, dan Gejalanya

Cover Blog Mental scaled

Pernah dengar istilah ‘mental health issue’? Atau bahkan sering mengucapkan ‘kena mental’? Dua kalimat tersebut sering digunakan candaan untuk menggambarkan situasi kaget yang dialami seseorang sehingga membuat jiwanya terguncang.

Jika hanya kaget sesaat dan terjadi dengan intensitas yang cukup jarang, maka hal tersebut bukanlah masalah serius. Namun, jika kamu sering mengalami hal tersebut, sebaiknya segera mendatangi tenaga profesional untuk berkonsultasi. Hal ini juga dilakukan agar tidak melakukan self diagnosis terkait psychological disorder yang kamu alami.

Apa, sih, mental health issue itu? Bagaimana gejalanya? Gangguan apa aja yang masuk kategori itu? Yuk, simak penjelasannya.

Pengertian Mental Health Issue

Mental health issue adalah pola psikologis yang muncul akibat gangguan signifikan secara klinis yang membuat seseorang merasa tidak nyaman dengan kondisinya karena berdampak pada pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, maupun kombinasinya.

Gangguan ini dimulai dari gangguan ringan hingga berat yang mengakibatkan seseorang membutuhkan penanganan serius.

Secara umum, mental health issue ditandai dengan beberapa gejala yang meliputi:

  1. Perubahan mood atau suasana hati yang tiba-tiba.
  2. Sering berhalusinasi atau delusi.
  3. Perilaku agresif hingga melakukan kekerasan.
  4. Munculnya pemikiran untuk melukai diri sendiri atau self harm.
  5. Menarik diri dari kehidupan bersosialisasi.
  6. Sulit berkonsentrasi.

Baca juga: Growth Mindset: Cara Jitu Improve Dirimu

Jenis Mental Health Issue

Seorang pria memegang kepalanya ketika berbicara dengan terapisnya yang menggambarkan jenis gangguan mental.
Seorang pria memegang kepalanya ketika berbicara dengan terapisnya (Gambar dari Pexels)

Setidaknya ada sekitar 200 jenis mental health issue yang diketahui berdasarkan gejala dan tingkat keparahannya. Namun, ada beberapa gangguan mental yang paling umum ditemui yaitu:

1. Anxiety atau Gangguan Kecemasan

Anxiety atau gangguan kecemasan adalah jenis mental health issue yang cukup banyak dialami. Gejala gangguan kecemasan antara lain kekhawatiran yang berlebihan, pikiran yang tidak bisa dikontrol, dan susah tidur. Gangguan kecemasan bisa muncul karena ketakutan atau fobia terhadap sesuatu yang mengakibatkan munculnya kecemasan yang berlebihan.

Karena pemicu kecemasan yang beragam, maka jenis gangguan kecemasan juga beragam. Contohnya:

  1. Gangguan panik atau panic disorder, ditandai dengan serangan panik yang bisa terjadi kapan dan di mana aja.
  2. Gangguan kecemasan sosial atau social anxiety disorder, ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran dalam lingkungan sosial.
  3. Gangguan kecemasan perpisahan atau separation anxiety disorder, ditandai dengan kecemasan berlebih saat berpisah dengan orang-orang yang memiliki ikatan emosional yang kuat.

2. Depresi

Semua orang pasti pernah merasakan kesedihan, namun jika berlebihan maka kesedihan tersebut bisa menyebabkan depresi yang mengakibatkan tidak bergairah dalam beraktivitas.

Depresi terjadi ketika suasana hati merasa tertekan seperti sedih, mudah tersinggung, kosong, atau tidak berminat untuk beraktivitas yang berlangsung setidaknya dua minggu.

Gejala lainnya yaitu kesulitan berkonsentrasi, perasaan bersalah yang berlebihan, tidak menghargai diri sendiri, putus asa terhadap masa depan, muncul pemikiran untuk mengakhiri hidup, tidur tidak nyenyak, kurang nafsu makan sehingga terjadi penurunan berat badan, serta selalu merasa lelah.

3. Bipolar

Pernah dengar istilah mood swing? Bisa dikatakan bipolar adalah mood swing yang ekstrim. Gangguan bipolar menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrim dan melalui periode depresi hingga mania.

Dalam periode depresi, seseorang bisa merasa tertekan, mudah sedih, tersinggung, kosong, atau kehilangan minat untuk melakukan sesuatu hampir setiap hari. Sedangkan, periode mania berkebalikan dengan periode depresi. Pada periode ini, terjadi peningkatan aktivitas seperti banyak bicara, peningkatan kepercayaan diri, mudah marah, penurunan kebutuhan tidur, dan berperilaku impulsif.

Orang yang mengalami gangguan bipolar sangat rentan untuk bunuh diri sehingga harus diberikan pengobatan yang efektif seperti psikoedukasi, pengurangan stres dan penguatan fungsi sosial, dan pengobatan medis.

Baca juga: Komunikasi Efektif dengan Empati

4. Schizophrenia

Saat mendengar kalimat ‘pengen nikah sama Taehyung’, mungkin kita akan mengatakan ‘dasar halu’ kepada lawan bicara. Dalam dunia psikologi, halusinasi berlebihan termasuk mental health issue yang disebut skizofrenia.

 Skizofrenia ditandai dengan adanya gangguan signifikan dalam persepsi dan perubahan perilaku seperti delusi berkepanjangan, halusinasi, pemikiran dan perilaku yang tidak teratur, serta agitasi yang parah.

 Penderita skizofrenia akan mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi kognitif sehingga dibutuhkan pengobatan efektif seperti pengobatan medis, psikoedukasi, intervensi keluarga, dan rehabilitasi psikososial.

5. Post-traumatic Stress Disorder (PTSD)

Gambar menunjukkan seorang psikiater yang memeluk pasiennya yang menangis, menunjukkan salah satu akibat gangguan mental.
Gambar menunjukkan seorang psikiater yang memeluk pasiennya yang menangis (Gambar dari Freepik)

Tidak sedikit orang yang memiliki trauma terhadap suatu hal ataupun peristiwa. Dalam hal medis terdapat suatu kondisi trauma yang dikategorikan sebagai mental health issue. Post-traumatic Stress Disorder, sering disingkat PTSD, atau gangguan stress pasca trauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami kejadian menakutkan dan mengerikan.

PTSD ditandai dengan beberapa gejala yang terjadi setidaknya beberapa minggu dan menyebabkan gangguan fungsi yang signifikan. Gejala tersebut antara lain:

  1. Kilas balik kejadian traumatis atau mimpi buruk.
  2. Penghindaran pikiran dan ingatan tentang peristiwa, situasi, orang, ataupun tempat yang terkait dengan trauma.
  3. Pikiran berkepanjangan tentang ancaman yang meningkat.

6. Eating Disorder atau Gangguan Makan

Mungkin kebanyakan orang pernah melakukan diet untuk mendapatkan berat badan ataupun bentuk tubuh yang ideal. Tapi, bagaimana jika diet tersebut menjadi berlebihan sehingga membuat pelakunya sangat kurus? Atau mungkin orang yang memaksakan diri memuntahkan makanya?

Ternyata, kondisi seperti ini termasuk dalam gangguan mental yang disebut eating disorder atau gangguan makan.

Ada dua jenis gangguan makan yang dimaksudkan yaitu anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Berikut penjelasannya:

  1. Anorexia nervosa adalah gangguan mental yang dialami seseorang yang terlalu takut mengalami kelebihan berat badan. Orang yang mengalami anorexia nervosa menganggap dirinya gendut, ia akan mengurangi porsi makan sehingga tubuhnya terlihat sangat kurus.
  2. Bulimia nervosa adalah gangguan mental yang terjadi pada seseorang yang menyesal karena telah makan dalam porsi berlebih. Orang dengan bulimia nervosa akan mengonsumsi makanan dalam porsi berlebih dan setelahnya akan merasa bersalah sehingga makanan tersebut akan dikeluarkan kembali baik dengan dimuntahkan ataupun dengan  buang air besar.

7. Persistent Depressive Disorder (PDD) atau Distimia

Persistent Depressive Disorder atau distimia adalah gangguan mental ringan yang memunculkan rasa sedih dan putus asa yang berlangsung lama (setidaknya dua tahun). Gejala lain yang muncul pada orang yang mengalami distimia yaitu: 

  1. Kehilangan semangat untuk beraktivitas
  2. Pesimis, putus asa
  3. Mudah lelah dan sedih
  4. Kurang menghargai diri sendiri
  5. Terlalu berlebihan
  6. Mudah marah
  7. Sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan
  8. Gangguan tidur dan nafsu makan
  9. Menghindari bersosialisasi

8. Autism Spectrum Disorder (ASD) atau Autism

Jenis gangguan mental ini mungkin enggak asing lagi di telingamu, yaitu ‘autis’. ASD adalah suatu kecacatan pada proses perkembangan karena perbedaan di otak. Mereka yang mengidap autis biasanya memiliki masalah dalam berkomunikasi dan interaksi sosial, oleh karena itu, mereka juga memiliki cara belajar, bergerak, dan memperhatikan yang berbeda dengan orang pada umumnya. 

Sebagian dari para penderita ASD, harus mendapatkan bantuan di kehidupan sehari-harinya, dan sebagian lagi bisa melakukan kegiatan tanpa perlu bantuan atau mungkin hanya sedikit bantuan. Nah, berikut adalah tanda-tanda yang menandakan jika seseorang memiliki ASD:

  1. Tidak menunjukkan emosi marah, senang, sedih, atau kaget ketika berusia 9 bulan
  2. Mengulang-ulangi kata atau frasa (ini disebut sebagai echolalia)
  3. Perkembangan bahasa yang tertunda
  4. Keterampilan kognitif dan belajar yang tertunda
  5. Sering kali dengan tiba-tiba mengepakkan tangan, mengayunkan tubuh, dan berputar-putar sendiri
  6. Memiliki pola makan dan tidur yang berbeda

9. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

ADHD adalah sebuah gangguan mental yang mempengaruhi cara kerja otak, dan menjadi salah satu gangguan mental yang paling banyak dialami oleh anak-anak. Faktanya, 3-5% anak di Amerika Serikat memiliki gangguan mental ini, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke.

Baca juga: Dampak PHK Bagi Karyawan

Ada 3 tipe ADHD yaitu:

  1. Tipe inattentive atau inatensi

Biasanya memiliki kesulitan untuk fokus pada satu tugas. Serta, tipe ini kerap kesulitan untuk diam dan memperhatikan pelajaran, percakapan, atau membaca kalimat yang panjang. Tipe ini juga sangat mudah untuk terdistraksi, seringkali melupakan hal-hal yang dibutuhkan di kehidupan sehari-hari seperti kehilangan buku, kacamata, kunci, atau telepon genggam. 

  1. Tipe hiperaktif atau impulsif

Hiperaktif yang dimaksud adalah gerakan berlebihan seakan sedang gelisah, kemudian mereka memiliki energi yang berlebihan sehingga tidak bisa untuk duduk diam, dan juga banyak bicara.

Impulsif yang dimaksud adalah keputusan dan tindakan yang diambil tanpa memikirkan konsekuensi setelahnya. Biasanya tipe ini berlari-larian atau memanjat di tempat yang tidak seharusnya. Lalu, tidak bisa untuk harus duduk dan diam. Tipe ini juga memiliki kesulitan untuk menunggu dalam antrean, lho.

  1. Tipe kombinasi

Tipe ini terjadi ketika seseorang memiliki kriteria dari tipe inatensi dan juga hiperaktif impulsif. Jadi, tipe ini adalah gabungan dari kedua tipe di atas.

Gangguan mental yang disebut di atas adalah gangguan mental yang paling umum dialami. Namun, sering kali diabaikan karena stigma yang beredar di masyarakat. Orang yang memeriksakan kondisi kejiwaan sering kali disebut sebagai orang dalam gangguan jiwa padahal sebenarnya tidak seperti itu. Kondisi kesehatan mental adalah hal penting yang harus diperhatikan sedini mungkin agar tidak berakhir buruk.

Kenali masalah dan gejala yang kamu hadapi, cari berbagai referensi, dan konsultasikan pada ahli. Kesehatan mental adalah aset berharga yang harus dijaga.

Banner jenis gangguan mental

Artikel Terkait

5 Tanda Keberadaan Dunia Paralel yang Mencengangkan

5 Tanda Keberadaan Dunia Paralel yang Mencengangkan

Pernahkah kamu merasakan deja vu, seperti kamu pernah mengalami suatu kejadian di masa lalu, padahal kamu yakin itu tidak pernah terjadi? Atau, pernahkah kamu merasa ada seseorang yang sangat mirip

Bacaan Niat Umroh dan Tata Caranya Menurut Sunnah

Bacaan Niat Umroh dan Tata Caranya Menurut Sunnah

Umroh adalah salah satu ibadah yang diwajibkan bagi umat Islam yang telah mampu. Ibadah ini dilaksanakan di Tanah Suci, Mekkah, Arab Saudi. Umroh memiliki beberapa kesamaan dengan ibadah haji, seperti

Warna Nude: Cocok untuk Fashion, Kecantikan, & Dekorasi Rumah

Warna Nude: Cocok untuk Fashion, Kecantikan, & Dekorasi Rumah

Tren mode dan kecantikan selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti gaya hidup, budaya, dan teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, tren mode dan kecantikan

Orangtua Sisca Kohl, Pengusaha Kaya Raya atau Pejabat?

Orangtua Sisca Kohl, Pengusaha Kaya Raya atau Pejabat?

Sisca Kohl adalah seorang selebritas TikTok yang terkenal dengan konten kulinernya yang unik dan mewah. Ia kerap mengunggah video-video memasak yang menggunakan bahan-bahan yang mahal, seperti emas, intan, dan berlian.