Roti Buaya: Lambang Kesetiaan dan Cinta Abadi Masyarakat Betawi

Blog Ilustrasi Roti Buaya

Memperingati ulang tahun ke-497 DKI Jakarta, rasanya tidak lengkap jika tidak merayakan masyarakat betawi yang lekat hubungannya dengan Jakarta. Etnis Betawi merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang sudah menetap lama di Jakarta. Berdasarkan sejarawan, Sagiman M.D, keberadaannya dapat ditarik jauh hingga ke zaman Neolitikum atau zaman batu baru. Pernyataan ini didukung juga dengan bukti sejarah berupa penemuan alat-alat sederhana seperti kapak, pacul, dan beliung yang ditemukan di daerah yang kini dikenal sebagai Jakarta. Sebagai suku bangsa yang memiliki nilai historis yang panjang, etnis Betawi tentu memiliki banyak keunikan dan ciri khas tersendiri, seperti halnya pada warisan kulinernya yang sangat kaya. Warisan kuliner ini lekat pula hubungannya dengan adat istiadat masyarakat Betawi yang hingga kini masih kental, seperti contohnya pemberian roti buaya dalam pernikahan masyarakat Betawi sebagai lambang kesetiaan. Namun, darimana sebenarnya asal usul roti buaya tersebut?

Foto oleh Jakarta Tourism

Lambang Kesetiaan dan Cinta Abadi

Bermula dengan kedatangan bangsa Eropa ke Batavia, kemunculan roti buaya awalnya ditujukan untuk menyaingi bangsa Eropa yang kerap kali menyatakan cinta mereka dengan memberikan bunga kepada sang kekasih. Melihat kebiasaan ini, masyarakat Betawi ingin juga mengungkapkan rasa cinta mereka dalam bentuk barang. Terpilihnya buaya sebagai simbol kesetiaan juga tak luput dari keadaan geografis masyarakat Betawi menetap. Kala itu, Batavia memiliki lebih kurang 13 sungai yang menyebar ke segala penjuru. Pada tiap-tiap sungai tersebut, banyak dihidupi buaya yang hidup berdampingan. Keadaan inilah yang membuat pemahaman masyarakat Betawi terhadap pola hidup buaya yang hanya kawin sekali seumur hidup meski pasangannya mati atau hilang yang pada akhirnya melandasi terpilihnya bentuk buaya. Selain melambangkan kesetiaan dan cinta abadi, roti buaya juga melambangkan harapan dikarenakan pola hidupnya yang dianggap sebagai hewan perkasa karena dapat hidup di dua alam sekaligus. Hal ini juga melambangkan kesabaran, karena selain dapat bertahan dalam segala situasi, juga karena buaya selalu bergerak saat mencari mangsanya.

Foto oleh Fimela

Dalam sejarah perkembangannya, roti buaya mengalami perubahan bentuk dalam peruntukannya sebagai simbol saat pemberian hantaran masyarakat Betawi yang akan menikah. Perubahan ini dapat terlihat jelas pada abad ke-17 hingga ke akhir abad ke-18. Mulanya, masyarakat Betawi menggunakan pohon kelapa atau kayu yang dianyam atau diukir menyerupai bentuk buaya dan dibuat berpasangan jantan-betina untuk kedua mempelai. Saat ini, bahan dasar pembuatannya dibuat menggunakan bahan dasar yang sama seperti dalam pembuatan roti dan pada umumnya sengaja dibuat keras, serta tanpa diberikan penambah rasa. Hal ini disengaja agar roti buaya dapat jauh lebih awet dari roti-roti pada umumnya. Roti buaya yang semakin keras, diyakini akan semakin awet, sebagai lambang bahwa cinta kasih mereka akan kokoh. Selain itu, pada awalnya roti buaya tidak dimakan oleh kedua mempelai, melainkan hanya dipajang saja di atas lemari pakaian sampai membusuk sebagai pemberitahuan kepada tamu yang datang bahwa terdapat pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan mereka.

Mitos Mengenai Roti Buaya

Terdapat beberapa mitos mengenai roti buaya yang banyak beredar baik di kalangan masyarakat Betawi ataupun masyarakat pada umumnya. Adapun mitos mengenai roti buaya muncul dari kepercayaan masyarakat Betawi mengenai keberadaan siluman buaya yang berada di mata air dekat tempat tinggal masyarakat Betawi. Berdasarkan istilah kamus Bahasa Betawi, siluman buaya tersebut disebut sebagai Aji Putih Naga Raksa. Siluman buaya tersebut dipercayai yang menjaga mata air masyarakat Betawi sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.

Mitos mengenai roti buaya juga tidak berhenti sampai asal-usul roti buaya saja. Seiring perkembangan zaman, roti buaya seringkali dibagikan kepada para tamu dan keluarga untuk disantap bersama. Terdapat kepercayaan bahwa jika seseorang yang sedang melajang memakan roti buaya, maka tak lama lagi ia akan segera mendapatkan jodoh. Maka tak heran jika roti buaya seringkali menjadi rebutan banyak orang.

Eksistensi Roti Buaya Masa Kini

Foto oleh Cap Roti Buaya

Banyak dari masyarakat Betawi yang hingga saat ini masih menjalankan adat istiadat Betawi, tanpa terkecuali pada prosesi perkawinan. Roti buaya hingga kini masih sering digunakan sebagai hantaran pernikahan masyarakat Betawi yang biasanya diberikan berpasangan lengkap dengan buaya kecil di atasnya sebagai lambang keturunan. Selain itu, roti buaya juga sudah banyak dijual oleh UMKM dalam ukuran kecil dan dengan berbagai rasa. 

Walaupun perkembangan zaman sudah semakin modern, akan tetapi penggunaan roti buaya sebagai simbol kesetiaan tidak ikut tergerus zaman. Roti buaya kini dikenal lebih dari sebuah simbol, melainkan sebagai jamuan yang kaya akan nilai historis dan budaya masyarakat Betawi. Banyak ditemui dalam beberapa kesempatan perlombaan yang mengangkat roti buaya sebagai objek utamanya, seperti halnya perlombaan memakan roti buaya yang dilakukan untuk mendukung KPK beberapa waktu silam. Pamornya yang kian dipadupadankan dengan tren masa kini dianggap positif oleh banyak orang, karena dianggap sebagai salah satu bentuk melestarikan budaya, serta pengenalan budaya Betawi kepada generasi baru. Saat ini dengan varian rasa yang acap kali memanjakan lidah sejatinya tidak mengurangi substansi dan makna roti buaya itu sendiri.

Artikel Terkait

[Quiz] Cek Khodam Sekarang Melalui Tes Kepribadian Ini dan Cari Tahu Jajanan Masa Sekolah yang Menggambarkan Kepribadianmu!

[Quiz] Cek Khodam Sekarang Melalui Tes Kepribadian Ini dan Cari Tahu Jajanan Masa Sekolah yang Menggambarkan Kepribadianmu!

Seringkali kita dapati kepribadian yang sangat berbeda dari tiap-tiap individu yang kita temui. Bahkan pada pasangan kembar identik sekalipun, kepribadian mereka bisa sangat berbeda, selaras dengan minat yang berbeda pula.

Cleopatra: Serial Dokumenter yang Menuai Kontroversi Sejarah

Cleopatra: Serial Dokumenter yang Menuai Kontroversi Sejarah

Setelah sebelumnya merilis trailer serial dokumenter terbarunya, Queen Cleopatra, Netflix dibanjiri banyak kecaman dan kritik karena dinilai tidak sesuai dengan sejarah. Petisi mengenai pemberhentian serial ini bahkan sudah ditanda tangani