Global warming merupakan salah satu ancaman bagi masa depan umat manusia, dan polusi udara menjadi salah satu penyebabnya. Peningkatan gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan suhu yang lebih tinggi, akibatnya banyak bencana alam seperti angin topan dan banjir. Penyebab untuk polusi udara sendiri bermacam-macam.
Seperti pada judul yang tercantum, bukan tanpa alasan polusi udara menjadi salah satu penyebab terjadinya global warming (pemanasan global). Berikut beberapa alasan lain kenapa polusi udara bisa menjadi penyebabnya. Simak sampai habis, ya!
Baca juga: Negara Miskin dan Kaya, Mengapa Ada Perbedaan?
Daftar Isi
Menyebabkan Hujan Asam
Polusi udara adalah masalah serius, yang perlu kita perhatikan. Penyebab terjadinya hujan asam sendiri disebabkan oleh sulfur dioksida dan nitrogen oksida yang berasal dari bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam.
Polutan ini dilepaskan ke udara ketika kita membakar bahan bakar tersebut untuk keperluan energi atau transportasi. Ketika polutan-polutan ini masuk ke atmosfer, mereka bergabung dengan uap air untuk membentuk asam sulfat atau asam nitrat yang jatuh kembali ke tanah sebagai presipitasi (hujan atau salju).
Hujan asam ini dapat merusak tanaman dan bangunan, membunuh satwa liar seperti ikan di danau dan sungai, menyebabkan pohon-pohon mati karena pembusukan akar akibat pengasaman tanah, serta dapat menyebabkan penyakit pernapasan pada manusia pada tingkat paparan yang cukup tinggi.
Menyebabkan Penyakit
Polusi udara bukan hanya merusak pemandangan, tetapi juga dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan yang dapat membuat kamu sakit.
Polusi udara dapat menyebabkan penyakit pernapasan seperti asma, penyakit paru-paru kronis, dan bahkan penyakit jantung. Polutan udara seperti ozon dan materi partikulat terkait dengan peningkatan risiko kanker paru-paru.
Meningkatkan Frekuensi Bencana Alam
Perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam. Seperti yang kita lihat dengan badai Sandy, Harvey, Irma, dan Maria-yang semuanya terjadi pada tahun 2017, perubahan iklim dapat membuat badai lebih sering terjadi. Hal ini juga dapat meningkatkan kemungkinan kekeringan dan kebakaran hutan.
Pemanasan global telah menyebabkan peristiwa cuaca ekstrem seperti badai dan banjir, hilangnya habitat dan kepunahan spesies, penggundulan hutan, dan mencairnya lapisan es.
Baca juga: Hari AIDS Sedunia dan Pita Merah: Sebuah Simbol Kesadaran
Pemicu Terjadinya Polusi Udara
Memang dampak dan pengaruh dari terjadinya polusi udara memanglah berbahaya, oleh karena itu sebaiknya kita dapat mencegah terjadinya polusi udara sebelum semakin parah dan menyebabkan global warming dan bencana lainnya.
Berikut beberapa pemicu terjadinya polusi udara, di antaranya:
Gas Rumah Kaca Sebagai Penyebab Polusi Udara
Pemicu adanya polusi udara yang pertama adalah gas rumah kaca. Hal tersebut terjadi karena adanya pembakaran bahan bakar fosil yang dapat menghasilkan gas-gas di atmosfer sehingga menyebabkan terjadinya efek rumah kaca.
Gas rumah kaca dilepaskan oleh pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak untuk pembangkit listrik dan transportasi. Gas rumah kaca juga dilepaskan oleh pabrik dan proses industri lainnya seperti pembuatan semen, serta produksi logam dan industri manufaktur kimia (termasuk petrokimia).
Asap Kendaraan Bermotor
Transportasi seperti kendaraan beroda dua dan beroda empat memang memudahkan mobilitas manusia, tetapi penggunaan kendaraan bermotor dengan jumlah banyak dapat menyebabkan polusi udara terjadi.
Hal ini terjadi ketika bahan bakar dibakar, melepaskan karbon monoksida (CO). CO yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup.
Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah bencana yang menyebabkan rusaknya ekosistem dan dapat membuat hewan-hewan punah karena kehilangan habitat aslinya. Salah satu penyebab polusi udara ini paling luas di Indonesia terjadi pada tahun 2015, dengan 2,6 juta hektar hutan yang hancur habis terbakar.
Kebakaran hutan pun kerap terjadi hingga saat ini, pada tahun 2019, 321.722 hektar terbakar. Efeknya membuat kegiatan orang-orang sekitar hutan tersebut menjadi terganggu dan menyebabkan penyakit pada pernafasan yang cukup serius.
Timbunan Sampah yang Enggak Teratur
Ketika tempat pembuangan sampah enggak dikelola dengan baik dan sampai bisa membuat tumpukan sampah yang menggunung, itu dapat menyebabkan polusi udara karena terdapat gas metana yang berasal dari tumpukan sampah tersebut sehingga dapat menjadi racun bagi kesehatan.
Letusan Gunung
Indonesia memang terkenal sebagai negeri seribu gunung karena memiliki banyak gunung berapi aktif, yang bisa menjadi berkah sekaligus ancaman. Gunung Kelud di Jawa Barat meletus pada tahun 2014, menyebabkan kualitas udara memburuk karena abu jatuh dari langit.
Letusan tersebut juga mengurangi jarak pandang di masyarakat dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Baca juga: Growth Mindset: Cara Jitu Improve Dirimu
Penggunaan AC yang Berlebihan Menjadi Penyebab Polusi Udara
AC termasuk salah satu elektronik menggunakan banyak energi. Jumlah energi yang digunakan untuk mendinginkan rumah dapat disebut “jejak karbon”. Jejak karbon merupakan ukuran berapa banyak karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dengan menggunakan listrik untuk memanaskan atau mendinginkan rumah.
Dibutuhkan sekitar 2 ton CO2 untuk menghasilkan 1 ton baja, jadi jika kalian memiliki AC yang menggunakan 5 ton dalam satu tahun, itu berarti bahwa setiap tonnya telah diproduksi dengan membakar 5 ton (metrik ton) batu bara atau bahan bakar fosil lainnya, yang berkontribusi besar terhadap polusi udara yang menyebabkan global warming.
Demikian artikel mengenai polusi udara menjadi penyebab terjadinya global warming, sebagai manusia sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga alam dan bumi agar selalu bersih dan sehat.
Kesimpulannya, kita dapat melihat bahwa pemanasan global adalah masalah serius dan sudah mempengaruhi kehidupan kita. Efeknya enggak hanya terbatas pada satu wilayah atau negara tetapi mempengaruhi seluruh dunia.
Maka dari itu, mulailah hidup sehat dan usahakan untuk selalu mencegah terjadinya polusi udara.
Komentar