Maulid Nabi Muhammad adalah peringatan ulang tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiulawal dalam kalender Hijriyah. Perayaan Maulid, yang berarti “hari lahir” dalam Bahasa Arab, merupakan tradisi Islam yang muncul setelah wafatnya Muhammad SAW. Peringatan ini merupakan ekspresi kegembiraan dan penghormatan terhadap Nabi Muhammad.
Beberapa kelompok dalam Islam, seperti Salafiyah, Wahabisme, Deobandi, Ahli Hadis, dan Ahmadiyah, menolak perayaan Maulid ini karena dianggap sebagai bid’ah atau inovasi agama yang sesat. Meskipun demikian, perayaan Maulid diakui sebagai hari libur di banyak negara dengan mayoritas penduduk Muslim, kecuali Qatar dan Arab Saudi. Beberapa negara mayoritas non-Muslim, seperti Etiopia, India, Tanzania, Britania Raya, Rusia, dan Kanada, juga mengakui Maulid sebagai hari libur nasional.
Di berbagai daerah, perayaan Maulid Nabi memiliki sebutan yang berbeda, misalnya:
– Molod: Aceh
– Maulidar Rasul: Melayu
– Muludan: Sunda
– Mulud Nabi/Muludhan: Jawa
– Havliye, Donba, Gani: Afrika
Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW
Sejarah pertama kali perayaan Maulid Nabi dilakukan dapat ditemukan dalam kitab al-Khathat oleh al-Maqrizi. Perayaan ini dimulai pada masa pemerintahan Daulah Fatimiyah di Mesir pada abad ke-4 Hijriyah. Pada saat itu, penguasa Syiah Ismailiyah di Mesir merayakan kelahiran berbagai tokoh agama, seperti Ali bin Abi Thalib, Fatimah, Hasan bin Ali, dan Husain bin Ali. Namun, beberapa ulama klasik, seperti Tajuddin al-Fakihani dan as-Sakhawi, menganggap Maulid sebagai bid’ah yang tercela.
Sumber lain menyebutkan bahwa Maulid dikembangkan oleh Abu al-Abbas al-Azafi. Sejarawan Islam seperti Ibnu Khallikan, Sibth bin Al-Jauzi, Ibnu Katsir, As-Sakhawi, dan As-Suyuthi sepakat bahwa orang pertama yang memperingati Maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Sultan Al-Ayyubi adalah orang pertama yang mengadakan perayaan Maulid Nabi untuk memotivasi umat Islam dalam Perang Salib.
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Perayaan Maulid Nabi di Indonesia melibatkan berbagai aktivitas keagamaan, seperti pembacaan shalawat, pembacaan syair Barzanji atau Simtuddurar, dan pengajian. Di Jawa, bulan Rabiulawal disebut bulan Mulud, dan perayaan Muludan sering disertai dengan pertunjukan gamelan Sekaten. Masyarakat Jawa-Using di Banyuwangi, Jawa Timur, juga melaksanakan tradisi endhog-endhogan sebagai ekspresi keimanan dan kebangkitan keberagamaan.
Beberapa kegiatan yang biasa dilakukan dalam perayaan Maulid Nabi meliputi mengucap hamdalah dan tasbih, bershalawat, berpuasa, pertemuan keluarga, jamuan makan bersama, perayaan publik, dan kegiatan bakti sosial. Perayaan ini berbeda-beda dalam berbagai daerah dan memiliki karakteristik sendiri.
Komentar